Genjoy "Seni itu bebas"


Menjadi kreatif itu bukan ada sejak lahir. Kreatif itu tentu juga bukan warisan yang bisa dititiskan. Kreatif sejatinya bisa diartikan menjadi sebuah sifat, atau bisa juga diartikan sebagai sebuah kemampuan. Memunculkan ide orisinil adalah contoh kalau kreatif itu adalah kemampuan. Sedangkan pantang menyerah dan terus berusaha mungkin bisa membuktikan kalau kreatif itu adalah sifat. Sangat banyak kita temui orang-orang kreatif yang kita temui di lingkungan kita dengan ceritanya masing-masing. Dan hampir dipastikan semua cerita kreatifitas tersebut, bercerita tentang pengorbanan dan perjuangan tanpa lelah. Begitu juga cerita kreatif yang dimiliki oleh Ananta Rizky Pramudya atau yang lebih sering dikenal dengan nama “Genjoy”. Terlahir dari keluarga yang biasa-bisa saja, memaksa Genjoy terus mengembangkan seni dan kreatifitas yang dimilkinya dan mengasimilasikannya dengan pemikiran bisnis. Dan hasilnya, sesuatu yang sangat menguntungkan dan bisa membuatnya menjadi lebih mandiri. Dan pengorbanan yang dilalui Genjoy, layak bagi kita untuk bisa memahami dan mengambil nilai positifnya. Bahwa dimana ada kemauan, pasti disitu ada jalan.

Ramadhan dan masa kecilku (Part I)

Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang dimilki oleh umat beragama Islam. Dalam bulan ini pasti semua muslim dan muslimah diseluruh dunia berlomab-lomba dalam beramal dan beribadah. Tidak  asing dan juga aneh jika kita mendengar ada yang mengaji di mesjid dengan menggunakan TOA yang menghasilkan suara menggema keseluruh kampung, dan ingat, ini dilakukan di setiap mesjid. Sungguh banyak jenis Ibadah yang bisa dilakukan dalam bulan ini, dan semua ibadah itu akan dilipatgandakan balasan pahala yang diberikan oleh Allah SWT. Ada puasa (yang ini emang wajib), tarawihan, tadarusan, zakat fitrah, qiyamul lail, Dhuha, dan tak ketinggalan ada malam yang namanya malam seribu bulan atau Lailatul Qadar. Berbicara masalah melipat ganda, saya pernah mendengar, jika kita bersedakah dalam bulan Ramadhan, Allah SWT akan membalas dengan ganjaran minimal 70x. mari berhitung, jika kita bersedekah Rp50.000 maka minimal yang akan kita terima Rp3.500.000 (wow, what a great yield).
Sekarang, mari kita merenung dan berpikir tentang siapa yang merenung dan berpikir tentang paragraf diatas. Maksud saya adalah siapa yang benar-benar berlomba-lomba dalam beribadah, yang berharap bahwa semua dosanya dihapuskan. Yang berharap bahwa dia benar-benar bertemu dengan malam Lailatul Qadar ,dan bahkan tidak ada keraguan bahwa dia tidak melewatkan semenitpun untuk tidak menyebut Asma Allah, dan tidak beribadah dimalam itu. Siapa? Ibu-ibu, bapak-bapak, ustadz and ustadzah, para Kiai, para Ulama sekelas teungku. Atau para pemuda-pemudi yang akhir baligh, atau nenek dan kakek yang tinggal menunggu kapan tiba saatnya. Ya, mungkin saja dari mereka menjadi orang-orang yang tergolong dalam orang yang beruntung di Bulan ramadhan. Lalu, dimanakah posisi anak  kecil yang masih Ingusan. Yang masih mengunggulkan sifat rebellionnya. Yang katanya jika dia meninggal maka dia otomastis masuk surga karena dia masih tergolong dalam kertas putih yang belum dilumuri tinta dosa kehidupan. Apakah mereka berpikir tentang paragraf diatas. Cerita berikut mungkin bisa sedikit membuktikan bahwa kepolosan anak-anak bisa membuat mereka tidak bepikir akan esensi Ramadhan yang sebenarnya. Cerita yang membuktikan bahwa mereka berpikir jika puasa itu adalah menahan lapar dan haus, baju baru, petasan, jalan-jalan subuh, dan Hari raya idulfitri yang sarat akan “Perang Antar Kampung”. Dan ini lah dunia anak-anak.

Hantu Aer Part I (belajar pake kata GW & Lu)

Dalam beberapa hari di minggu ini, anak-anak kosan gw punya acara rutin di setiap midnight tepatnya jam 00.00 teng. Acara ini sejenis nonton bioskop bareng, tapi dilakukannya di salah satu kamar teman kosan gw. Film yang diputar, berhubung nontonnya tengah malam, semuanya adalah film2 bergenre Thriller Movie. Lebih tepatnya lagi film horor atau film hantu. Kondisi lampu yang dimatikan ditambah sepasang Loudspeaker dengan volume penuh membuat jantung semakin mendetak suasana atau suasana semekin mendetak jantung, whatever lah. Straight to the point, walaupun acara ini cuma berumur satu minggu (berhubung anggota forum banyak yang telat bangun), kegiatan ini telah berhasil memutar beberapa film horor asing, semisal art of devil, ring o, coming soon, the eye ten, iris. Dari beberapa film horor tersebut, gw paling suka sama film ring o. Inti dari film ini sih gini, "Lu nonton sebuah video, lu dapat silent calling, and 7 hari dari dapet tuh telfun. maka ajal menjemput mu". Tapi di akhir cerita, ternyata ada cara untuk bisa lolos dari maut menjemput (kenapa harus terakhir ya, kan kasian udah banyak yang mati), yaitu setelah nonton tuh video, lu mesti menggandakannya, dan kasih ke orang lain. Dan orang lain itu juga begitu, gandakan tuh Video, kasih ke orang lain lagi, dan seterusnya. Gw mikir, kalo benar lah nih cerita ada, maka ga ada korban di Indonesia. Tau sendiri kan kalo negeri ini, banyak banget yang bisa ngegandakan Video. Bukannya hampir disetiap jalan kita bisa ngeliat penjual kaset bajakan.
Dan sorry banget buat produser film2 Indonesia yang filmnya tidak sempat ditonton, karena"You Know well" film2 Indo bukannya nyeremin tapi lebih banyak mengumbar nafsu sih. Buset, Salut deh ama Indonesia, Best Porn Actress 2009, Sasha Grey aja bisa diajak main bareng. Nonton film horor Indonesia, udah seperti nonton film2 yang dipublish di spankwire (Bagi yang ga kuat iman, dan yang imannya terlalu kuat, jangan coba2 buka nih situs). Gw ambil contoh film hantu goyang karawang yang terakhir judulnya dirubah. Nih Film asli ngajarinnya ga jelas banget, Depe VS jupe duel laga (maaf) dada (:najis) sama banyak omongan2 kotor yang keluar dari mulut mereka, ya An**ng lah, Pe**k lah, dan lain2. Jujur gw juga belum nonton nih film, tapi kalo yang nonton anak kecil. bijimane ceritanya tuh. Jadi aja film indo cocok banget sama lyric dari verse terakhir lagu  Where Is The Love,
"Negative images is the main criteria
Infecting their young minds faster than bacteria
Kids wanna act like what the see in the cinema"
Ah, semoga saja tidak. Saran saya sebagai seorang awam, semoga produser indonesia jadi lebih pintar untuk bisa mempromosikan filmnya tanpa harus menyebarkan image negative ke masyarakat.

So, where is the part telling "Hantu Aer"?
Maybe in PART II, wait for it!! (kaya ada yang nunggu aja)